Memoire bercerita tentang Adam (Hurip Suseno), pemuda yang terpuruk dalam kesengsaraan hatinya. Cinta tulus yang diberikan pada kekasihnya Eli (Benedicta Ika Ermadela) dibalas dengan pengkhianatan yang menyakitkan. Eli tidak pernah mencintainya dari awal. Dengan rasa sakit hati yang semakin memuncak, ia memutuskan untuk membakar semua barang kenangannya bersama Eli di sebuah hutan.
Namun, di balik kepedihan yang dirasakan Adam, ada sebuah kenyataan pahit yang tersembunyi. Yang lebih buruk dari apa yang dia rasakan. Yang membuatnya ingin tidur dan tak ingin bangun lagi. Suatu kenyataan yang ia sangkal keberadaannya.
Here's MEMOIRE!
I admit it's a bit confusing so just in case you guys don't fully follow the plot which is normal though. I'll give some commentary below :)
SPOILER ALERT!!!
(Don't read before watching!)
Ketika Adam selesai membakar semua barang kenangannya ditambah dengan scene flashback Eli menolak bunga pemberiannya lalu menyambut tangan lelaki lain dan mengatakan "Aku nggak pernah sayang kamu.", Adam berbalik badan lalu menemukan sepucuk surat Eli yang tidak sengaja terjatuh. Surat itu adalah surat terakhir Eli untuk Adam berisi pengakuan terakhir Eli dan ucapan selamat tinggal. Dengan perasaan yang campur aduk dan tidak terkontrol, Adam pun berlari dan terus berlari. Screen fades out.
Screen fades in. Adam seketika berada di samping sebuah makam membawa sebuket bunga Chrysant dan sepucuk surat yang ditemukannya. Scene flashback kembali hadir di pikirannya, menguak sebuah kenyataan baru bahwa Eli tidak pernah mengkhianatinya. Eli menerima bunga pemberiannya dan menyambut tangan Adam sendiri, bukan tangan lelaki lain. Lalu memori baru teringat kembali dimana mereka duduk di sebuah pohon berdua. Di suasana yang romantis itu, Adam hendak menghisap rokok kesukaannya. Melihat hal tersebut, Eli pun menarik rokok yang sudah sempat dihisap oleh Adam lalu mematikannya. Adam merogoh saku celananya untuk mengambil batang rokok baru untuk dihisapnya, namun bukannya rokok yang ia temukan namun remah bunga Chrysant putih di dalamnya. Eli pun tertawa kecil melihat Adam yang kebingungan.
Dengan makin banyaknya momen-momen yang bercampur aduk di benaknya, Adam pun menangis sendu meratapi sebuah kenyataan bahwa Eli tidak pernah mengkhianatinya. Eli meninggalkannya dalam keabadian. Adam tidak mau menerima kenyataan pahit ini. Ia menyangkalnya dengan sekuat tenaga, menggantikannya dengan ekspektasi karangannya sendiri untuk mengobati rasa sakit ditinggalkan pujaan hatinya untuk selama-lamanya.
Behind Memoire
Memoire kami buat 2 tahun yang lalu ketika kampus kami sedang libur panjang bulan
September 2011 di Malang, bersama kru Monostudio,
Ananta Wahyu (Mek) ,
Rizky Akbar (Bowr), dan
Ekki Finalianto. Sebelumnya kami memang pernah bekerja sama dalam
Initial Step to Love dan
The Air Between Us / Berbagi Udara
yang disutradarai oleh Mek, yang alhamdulillah, memenangkan kompetisi
Motion
Picture Carnival (Mopica STAN) di tahun yang sama
(drenched in tears of
joyyyy). Kami pun makin kompak, kami memutuskan untuk mengisi liburan
dengan membuat Memoire untuk diikutkan di ajang
LA Lights Indie Movie
namun sayangnya tidak berhasil menembus babak penyisihan. Buat saya nggak masalah, kami berkarya dengan tulus dan yang paling penting nambah pengalaman dan
portfolio. *ciah
Kalo di film sebelumnya Mek jadi sutradaranya, kali ini di Memoire saya jadi sutradaranya karena saya sendiri yang nulis ide cerita Memoire ini dibantu dengan narasi yang dibuat oleh Mek. Ide ini bermula dari pengalaman sendiri, di satu bagian kecil cerita yang akhirnya saya kembangkan sedemikian rupa sehingga hasilnya jauh lebih dramatis. Seperti pada
ending, narasi, dan momen-momen kecilnya. Btw ngomongin soal momen-momen kecilnya, saya ngrasa film
ini terlalu panjang
scene bakar-bakarannya, karena emang di-
setting gitu
buat menuhin spesifikasi lomba LA Indie Movie yang mengharuskan durasinya 10 menit. Setelah tau nggak jadi
masuk babak penyisihan, niatnya sih mau dipersingkat lagi, tapi niat aja
sih ujung-ujungnya.
Untuk pemilihan aktor dan aktrisnya,
baik Hurip maupun Ima adalah teman baik kami dan emang punya skill
akting yang jauh lebih baik dari orang kebanyakan terutama Ima, yang
aktingnya keliatan natural banget dan emang punya
basic anak teater.
Sedangkan Hurip pernah bekerjasama dengan kami di film Berbagi Udara, ia
pun punya potensi untuk menjadi aktor yang baik jadi kami pun
mempercayakan peran Adam ini kepada Hurip.
|
Percayalah, di balik layarnya jauh lebih mengerikan. |
Setelah skrip jadi kami memulai syuting di beberapa sudut kota Malang termasuk di hutan Malabar, perumahan Dieng, depan Toko Oen, dan pemakaman cina di daerah Sukun. Secara keseluruhan, syutingnya berlangsung dengan lancar, meskipun ada beberapa kendala contohnya di
scene membakar kenangan di hutan. Kami nggak sadar kalo daun-daun kering di sekitar hutan itu mudah terbakar jadi kami sempat panik ketika api menjalar semakin besar ditambah nggak
prepare air buat madamin daun2 kering yang terbakar itu.
Setelah semua adegan selesai disyut, kami percayakan
post-production film kepada Ekki karena ia sudah berpengalaman dalam hal edit mengedit video maupun
sound dan juga musiknya. Hasilnya alhamdulillah tepat waktu dan kami pun puas. Meskipun ada beberapa kelemahan di Memoire yang kami sadari betul itu, misalnya dari sisi kualitas videonya yang kurang HD, suara narasi yang kurang halus, kami tidak terlalu ambil pusing. Bowr bilang kalo Memoire ini endingnya ngena banget, jadi terlepas dari kelemahan-kelemahan tadi kami pun cukup lega mendengarnya.
And we're surely looking forward to making more films in the future. Hopefully.