Saturday, March 30, 2013

I kinda miss dad for this

Father daughter convo--Mac McGuff to Juno--at dining table.

Look, in my opinion the best thing you can do is to find a person who loves you for exactly what you are. Good mood, bad mood, ugly, pretty, handsome, what-have-you. The right person is still going to think the sun shines out of your ass. That's the kind of person that's worth sticking with.


Friday, March 29, 2013

Argo (2012)

Sebenernya film terakhir yang saya tonton itu American Reunion (2012),  franchise main series keempatnya American Pie (1999), bukan spin-offnya lho ya, kaya band camp, naked mile dan beta house. It's a bit inappropriate kalo review pertama filmfavore b-movie yang begituan (yakali -_-), jadi judul film pertama yang kepikiran di benak saya adalah Argo (2012) which was an a-movie, award winning oscar film and duhhhh yes it was dang a joy to watch.

Argo's official poster.
Argo (2012)
IMDB Rating: 7.9/10
Director: Ben Affleck
Screenplay: Chris Terrio
Based on the book: The Master of Disguise by Antonio J. Mendez; The Great Escape by Joshuah Bearman
Starring: Ben Affleck, Bryan Cranston, Alan Arkin, John Goodman  
Won 3 of 7 Oscar nominations including Best Picture

Jadi, sekedar tambahan info aja nih, latar belakang cerita ini dimulai tahun 1979 dimana terjadi revolusi Iran yang mengubah sistem pemerintahannya yang sebelumnya monarki menjadi republik Islam. Tokoh dibalik revolusi ini adalah Ayatollah Ruhollah Khomeini, seorang pemimpin Islam yang berhasil menggulingkan rezim Mohammad Shah Reza Pahlavi, raja Iran terakhir. Shah Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup, boros, dan menganut paham westernisasi, serta bekerja sama dengan Amerika Serikat yang bertentangan dengan identitas Muslim Syi'ah Iran. Ketika revolusi ini berlangsung, beliau dilindungi dan diasingkan oleh AS. Nah, dari sinilah asal muasal kemunculan rasa nasionalisme rakyat Iran yang anti banget sama Amerika Serikat, keliatan kan sampe sekarang. Apalagi dengan dipimpin oleh Mahmoud Ahmadinejad yang notabene tokoh konservatif, sangat loyal sama nilai-nilai revolusi Islam Iran ini.

Gara-gara revolusi ini, militan pengikut Khomeini yang anti banget sama AS, berbondong-bondong menyerbu kedutaan besar AS di Teheran. Mereka niatnya mau menyandera diplomat-diplomat AS, atau warga negara AS yang kepergok lagi di dubes apapun profesinya karena mereka dicurigai sebagai agen mata-mata AS. Sialnya, beberapa dari mereka bukannya disandera tapi malah kena public execution. Sadis, ngeri, kalo liat mayat mereka yang dieksekusi dan digantung pake crane kaya gini.

Creepy public execution.
Dari penyerbuan militan Iran di dubes AS, 6 diplomat AS berhasil melarikan diri dan sembunyi di dubes Kanada di Iran. Mereka jadi buronan paling dicari oleh militan Iran. Dengan keadaan kaya gini, Departemen Luar Negeri AS berusaha menemukan cara gimana keenam diplomat ini bisa keluar dari Iran dengan selamat. Nah, dikirimlah si Tony Mendez (Ben Affleck) seorang agen CIA untuk membantu mereka. Kemudian Mendez mendapatkan ide setelah nonton film science fiction sama anaknya. Ia berencana mengembangkan skenario dimana ia sebagai produser film asal Kanada hendak membuat film science fiction palsu berjudul Argo dengan 6 diplomat AS tadi sebagai kru film yang lagi survey lapangan di Iran. Setibanya di Iran, Mendez mulai melatih 6 diplomat tadi untuk menyamar jadi kru produksi. Semua informasi diberikan mulai dari paspor, nama, dob, jabatan, sampe latar belakang palsu mereka, semata-mata untuk meyakinkan revolutionary guards yang jaga-jaga di bandara Iran kalo mereka bukan buronan yang dicari. Salah satu diplomat sempet ragu dan menolak skenario gila Mendez, tapi setelah diyakinkan oleh Mendez, ia bersedia menjalankan skenario ini.


Mendez's best line.
Sialnya nih di hari H keberangkatan, eh Mendez malah disuruh ngebatalin rencananya karena Presiden AS waktu itu, Jimmy Carter memerintahkan diadakannya operasi militer Amerika untuk menyelamatkan para sandera AS di Iran (padahal gagal lho operasinya). Mendez seketika panik, tapi beliau mencoba kalem dan keukeuh untuk menjalankan misinya ini. Apakah Mendez berhasil ato malah gagal, ketauan kedoknya dan malah kena public execution? Makanya pada nonton yak.

Le Review 
 Dari segi aktingnya Ben Affleck, kalo menurut saya sih biasa aja dan agak kaku. Mungkin karena faktor jambangnya ato emang sengaja dibikin gitu kali ya. Entah kenapa malah lebih oke aktingnya Scott McNairy as Joe Stafford--salah satu diplomat--mimik nervous sekaligus berusaha convincing juga dapet ketika ia berusaha meyakinkan tentara revolusioner dengan menceritakan cerita Argo lewat storyboards-nya.

Dari segi plot, pada awalnya agak ngebosenin, jujur saya sampe 2 atau 3 kali ngulang awal film karena kurang paham ceritanya ( dan sempet googling juga soal Ayatollah Khomeini :p). Di tengah film mulai kerasa tense-nya ketika mereka mengunjungi central market di Iran. Lama kelamaan makin tense dan mencapai klimaks ketika Mendez dan 6 diplomat ini diinterogasi oleh tentara revolusioner yang mencegah mereka boarding.

Overall, this is literally a great movie, totally worth-watching, not in an inspiring way, but in a quite thrilling way plus it has based-on-true-story, historical-ish yang ngebuka wawasan saya soal revolusi Islam Iran. Ben Affleck juga pinter merancang plotnya sedemikian rupa sampe bikin gregetan di scene terakhirnya. It doesn't take a lot of famous actors like Les Mis to make this film look great, it only takes a great plot and an interesting background story. 



Final verdict for Argo: 8/10.



Pertamax

Hai, saya Indah Permatasari.

Dari kecil saya hobi banget nonton film, even since I was 6, I insisted watching late night films while my parents fell asleep, silly, eh? Tapi, dari kebiasaan itulah yang nggak cuma bikin saya suka film tapi juga mulai suka bahasa Inggris. I started looking up some words I got from the movie, filling my bros elementary english books which made them absolute livid at me and such. It triggered my passion ever since for no particular reason.

Film buat saya adalah jalan keluar, refreshment dari rutinitas sehari-hari, stres dan masalah pribadi *cieh. Mungkin nggak sepenuhnya benar, beberapa film ada yang makin memperparah mood, ada juga yang tearjerking, ngebosenin, inspiratif, ato bahkan bikin nostalgia dan empati, so you're like omg Tom from 500 Days of Summer was sooo meeee, I feel you, man, dan sebagainya..

Di blog ini saya mau coba ngasih point of view dari film-film yang pernah saya tonton, in a rookie way tentunya. Saya bukan orang yang ahli soal kritik film sampe segitunya, tapi saya coba untuk seobjektif mungkin, kalopun subjektif yah ada alasannya kok *ngeles. Oh mungkin ditambah beberapa hal lain soal musik, karena saya juga suka musik, and yes again I don't review music in a particular genre, just stuffs I overhype recently.


dapet salam dari mang bean
Sebelumnya, saya biasanya komentar soal film yang baru saya tonton lewat Twitter. Sepatah dua patah kalimat, cenderung subjektif dan seenaknya. Baru akhir-akhir ini saya mikir, saya seringggg sekali nonton film tapi rasanya sayang aja kalo film itu habis ditonton sepah dibuang, manfaatnya cuma buat nyenengin mood saya aja. Supaya bermanfaat ngelatih kemampuan analisa saya yang jongkok ini, mengikuti pepatah 'indahnya berbagi',  for the sake of carpe diem and being more productive,  it's about time. 

Here's filmfavore!


PS: Sori kalo bahasanya kagok dan campur-campur, sengaja win-win solution karena saya prefer pake bahasa Inggris sedangkan saya suck kalo nulis pake bahasa Indonesia gara-gara jarang banget baca buku bahasa Indonesia, sekalian buat sarana latihan gitu maksudnya. Jadi, maafin ya, damai. :)